Kamis, 04 Juni 2009

C.ronaldo

Cristiano Ronaldo (Goal)
Pertanyaan besar mengiringi pemusatan latihan Portugal melawan Albania, Sabtu 6 Juni 2009. Ini bisa menjadi salah satu indikator masa depan winger Manchester United itu. Setahun lalu, Ronaldo bak bermain pantomim. Bakat besar dari Portugal ini ingin bergabung dengan Real Madrid, tapi batal. Seluruh Kota Manchester pun menertawakannya.Sepekan setelah kegagalan di final Liga Champions, membuat posisi MU atas Ronaldo semakin akut. Barca seperti mengingatkan Sir Alex Ferguson dan seluruh dunia bahwa kualitas seorang Ronaldo tak berarti apa-apa di hadapan possesion & attacking football skuad Pep Guardiola.Kecantikan "gadis Catalan" itu bukan hanya milik individual macam Lionel Messi, Andres Iniesta dan Xavi Hernandez. Melainkan saling pengertian dan etos kerjasama serta kebersamaan yang tak bisa disaingi United.Beberapa tahun lalu, itu jadi milik trinity Ruud Gullit, Frank Rijkaard dan Marco Van Basten untuk Belanda dan AC Milan. Setelah mengangkat Piala Eropa 1988, Gullit tersenyum ketika ditanya mengapa Belanda bisa mengubah pertandingan begitu mudah. Gullit tak salah berkata jika itu semua buah kerja keras bersama. Semua masih menunggu kembalinya Ronaldo mengenakan kostum merah, atau putih. Messi & Co kembali berlari mengitari Camp Nou untuk menjaga possession. Iniesta mungkin masih akan terus berjuang mempertahankan bola. Karena kehilangan bola bak kemalingan. Tak ada tempat buat rekan setim yang kehilangan bola. Inilah perbedaan antara Ronaldo dan trio amigos itu. Bakat hebat yang dimiliki Ronaldo harus digunakan di tempat dan saat yang tepat.
Penampilan fantastis miliknya tak berguna jika semuanya tak sesuai dengan keinginannya. (Mungkinkah itu di Madrid?) Barcelona tampil sangat menggoda. Kegembiraan yang dipancarkan olehnya sangat nyata, disampaikan lewat umpan-umpan kepada trio Messi-Henry-Eto'o. Pengalaman sangat menentukan. Anda dipaksa tersenyum jika menyaksikan secara smooth mereka menghadirkan keindahan permainan. Suporter tim lawan pun dibuat tersenyum. Fans Manchester United, akhirnya tak terlalu menyesali kekalahannya. Barcelona melunturkan kesetiaan di Roma. Mereka memasuki relung-relung hati penikmat sepakbola dunia.Puja Puji CataloniaNyanyian pujian dari Catalonia menjinakkan Setan-setan Merah. Juga Ronaldo. Konsekuensinya, Barcelona meredam pengalaman dan dinamisasi Manchester United di Old Trafford.Wayne Rooney meninggalkan Stadio Olimpico, lalu menyanjung Iniesta sebagai pemain terbaik dunia. Ia tidak salah, dalam konteks etos kerja tim. Kebesaran Rooney dan Ronaldo di tim Inggris itu tak berarti di hadapan Barcelona. Rooney banyak diincar klub top dibanding Iniesta. Tapi, Rooney pulang dari Roma dengan keputusasaan.Sir Alex Ferguson juga tak bisa menahan kekecewaan dari kekalahan itu. Tapi, Ferguson adalah master of renewal. Pembangun dari keruntuhan. Sir Alex akan memaafkan Ronaldo dan mengakui kesalahan strateginya. Dengan strategi itu, ia mempertahankan Ronaldo musim lalu.Ferguson biasanya tak pernah lama bangkit dari kesulitan. Ia akan belajar banyak dari kebersamaan, persahabatan serta chemistry yang melahirkan semangat ekstra buat Barcelona. "Just the game," kata Ferguson. Dan ia selalu punya solusi jika Ronaldo punya pendapat berbeda kelak. Sir Alex sangat menyadari bahwa sepakbola bukan hanya ditentukan oleh 11 pemain di lapangan. Itu bergantung kepada semua anggota skuad. Semua yang mengenakan kostum, apa pun kapasitasnya. Semua orang yang sehati di klub, yang menggambarkan identitas klub. So, ketika Messi menyerahkan karirnya untuk Barcelona, komitmennya bukan hanya untuk starting XI, tapi juga untuk institusi, brand dan idealisme Catalonia.Takkan ada yang mempertanyakan Messi akan bermain di klub mana musim depan. Ia dan Barcelona tak terpisahkan. Takkan ada juga yang menanyai Rooney. Pertanyaan meluncur deras ke arah Ronaldo, sebab hatinya tak semerah United dulu lagi. Hati CR7 lebih memutih ke Santiago Bernabeu. Pengaruh Presiden Madrid, Florentino Perez makin kuat.Ronaldo selalu membiarkan semua spekulasi beredar tentangnya. Beda kasus dengan Fernando Torres yang menyebut Liverpool sebagai klub yang layak ditinggalinya.Setelah Roma, mungkin Ferguson akan memutuskan. Waktu telah tiba untuk Ronaldo mewujudkan mimpinya ke Real Madrid. Ferguson bisa membangun kembali timnya. Kembali menjadi cantik. Seperti kecantikan permainan yang didemonstrasikan Barcelona.Kevin GarsideKolomnis di Telegraph

Tidak ada komentar:

Posting Komentar